Padahal, kata ‘kaligrafi’ sendiri diserap dari bahasa Yunani yaitu kallos atau indah dan graphe yang berarti menulis.

Image Source: wordpress.com

Image Source: wikimedia.org
“Kalangan awam lebih mengenal kaligrafi tentang menulis tulisan Arab. Saat ditelaah, ternyata ini seni yang sangat luas,” kata salah satu anggota komunitas seni menulis indah di Bogor, Syafiq, saat ditemui Media beberapa waktu lalu.
Syafiq adalah anggota dari komunitas Batu Tulis Bogor, sebuah komunitas kecil yang menjadi wadah bagi jagoan menulis indah di kota penyangga DKI Jakarta tersebut.
Kata Syafiq, ada dua jenis menulis indah yang paling umum. Pertama adalah hand lettering dan kedua adalah kaligrafi itu sendiri. “Hand lettering itu ada proses menggambarnya, sementara kaligrafi ditulis langsung dengan brush pen (pena kuas).”
Pada 2013 lalu, seni menulis indah sempat booming dan banyak digemari oleh berbagai kalangan masyarakat. Hal itu terlihat dari banyaknya unggahan serta gerakan masif dengan tagar
#nationalhandwritingday di platform berbagi gambar dan video, Instagram.
Di Indonesia, puluhan komunitas menulis indah dikepalai oleh dua kapal besar yaitu Komunitas Belajar Menulis atau Belmenid, dan Kaligrafina.
Itu juga menjadi cikal bakal lahirnya komunitas-komunitas kecil penggiat menulis indah di kota-kota di seluruh Indonesia, salah satunya area Bogor Raya.
“Komunitas Batu Tulis Bogor baru mulai terbentuk tahun 2014. Tapi kita mulai buat acara Pen Meetup dari November 2013 di Bogor Junction. Saat itu ada 25 orang yang muncul dan kita belum punya nama,” kata anggota Batu Tulis Bogor lainnya, Suryadi.
Nama Batu Tulis, kata Suryadi, diambil dari situs bersejarah Kota Bogor yaitu Situs Batutulis yang ada di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat.
Dari situ, tercetus nama komunitas yang menggambarkan identitas warga Pajajaran tersebut.
Jangan dikira komunitas ini hanya kumpul sambil mencoret-coret kertas saja. Meski pada awalnya terlihat seperti itu, tapi mereka benar-benar telah menciptakan karya.
Syafiq misalnya, ia telah menciptakan font miliknya sendiri bernama Wildlast yang ia jual di situs Media seharga 15 US Dollar atau sekira 200 ribu rupiah.
“Dari hobi ini ada yang sengaja keluar dari kerjaan dan menekuni hobi lalu menghasilkan. Penghasilannya sudah bukan rupiah lagi, tapi dolar,” tambah Syafiq.
Medium menulis indah juga beragam. Bukan hanya kertas, tembok, bahkan kayu juga bisa jadi incaran. Meski begitu, bukan berarti semua yang jago menulis indah di kertas mampu mengukirnya di media lain.
Tapi seniman sejati, tentu saja, selalu didorong rasa penasaran untuk mencoba hal baru.
Kata Syafiq, menulis indah juga dapat melatih sensitivitas seseorang. “Ini presisi sekali. Kalau salah akan mengulang lagi dan kita harus benar-benar konsentrasi.”
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat hendak menulis indah adalah, pertama, posisi kertas harus lurus, badan tegak dan kedua

Image Source: kesekolah.com