kaligrafi mbah semar | 3 Hal Yang Perlu Diketahui Tentang Kaligrafi Mbah Semar

kaligrafi mbah semar | 3 Hal Yang Perlu Diketahui Tentang Kaligrafi Mbah Semar

abbellinno4 on Twitter: "Mbah @sudjiwotedjo: kaligrafi Arab ... - kaligrafi mbah semar
abbellinno4 on Twitter: “Mbah @sudjiwotedjo: kaligrafi Arab … – kaligrafi mbah semar | kaligrafi mbah semar

Image Source: twimg.com

Model Indah dari Aksara Jawa | Mabruri Sirampog - kaligrafi mbah semar
Model Indah dari Aksara Jawa | Mabruri Sirampog – kaligrafi mbah semar | kaligrafi mbah semar

Image Source: wordpress.com

Kegigihan Krisno dalam mengembangkan pariwisata di desanya patut ditiru. Sejak 1983 hingga sekarang, dia sudah membuat wisata Goa Wareh, Goa Pancur, Plorodan Semar, hingga Wisata Bukit Pandang Ki Santa Mulya. Khusus wisata terkahir ini, dia sampai mengorbankan uang sertifikasinya dari guru dan menjual mobil pribadinya.

SRI PUTJIWATI, Pati

LELAKI satu ini berada di kawasan Wisata Bukit Pandang untuk beristirahat. Dia baru  pulang mengajar di SDN Slungkep, Kayen. Masih memakai seragam khas guru. Tak ada yang istimewa dari penampilannya.

Meski punya keluarga dan tempat tinggal di Desa Derensawit, Kayen, Pati, namun pria bernama Krisno ini tidak bisa meninggalkan kebiasaan lamanya, yakni suka tidur di luar rumah. Entah di hutan, gunung, hingga tidur di tempat angker.

Bahkan, tidak hanya di Pati, Krisno juga sering menyambangi Wonosoco, Kudus, hingga kawasan perbukitan di Blora hanya untuk bisa tirud di lokasi tersebut.

Krisno memiliki pekerjaan sebagai guru. Sejak 1982 dia sudah menjadi guru di SDN Durensawit hingga 1986. Kemudian tahun 1986 hingga kini, dia ditugaskan menjadi guru SDN Slungkep Kayen. Sejak kecil, dia hidup mandiri. Hingga ketika menempuh pendidikan SPG di Sragen, dia belajar dan bekerja. Krisno bekerja serabutan untuk membiayai kehidupannya di perantauan. Pada 1980, ia lulus dari pendidikan SPG dan kembali untuk mengajar ke Pati.

Dia sangat mencintai alam. Pada 1983, Krisno membuka tempat wisata Goa Pancur dan Goa Wareh. Tempat wisata itu ditemukan di tengah-tengah kesukaannya melancong. Lalu pada 2012 membuka tempat wisata Lorodan Semar. Tempat itu dikembangkan dengan baik sehingga menarik banyak pengunjung. ”Setelah membuat Plorodan Semar, saya ingin membuat wisata bukit tapi belum menemukan tempat,” ucap suami Siti Sulasin ini.

Selama 36 tahun bermimpi membuat wisata di bukit, akhirnya pada Januari 2017 diberikan petunjuk. Saat itu pada 1 Syuro 2017, Krisno tidur di Watu Sigit di Pegunungan Kendeng. Ketika tidur, ayah lima anak ini bermimpi mendapatkan inspirasi membuat wisata di Bukit Pandang. Bukit Pandang itu peninggalan Ki Santa.

”Bukit itu sering dibuat semedi Ki Santa dengan istrinya Dewi Anggraini dari Pulau Seprapat. Dewi ini anaknya Maisura yang merupakan gurunya Angling Dharma. Atas inspirasi tersebut, saya membuka wisata. Awalnya berkonsultasi dengan istri karena saya akan menggunakan uang sertifikasi tiga bulan Rp 11,8 juta untuk merintis bukit pandang,” imbuhnya.

Idenya menggunakan uang sertifikasi itu ditentang istrinya. Namun Krisno tetap ngotot untuk merintis Bukit Pandang. Akhirnya tidak ada yang dapat menghalangi hasratnya membuka wisata bukit pandang. Wisata itu mulai dibuka 17 Januari dan mulai di-upload di media sosial 2 Februari 2017. Setelah di-upload, wisatawan bukit pandang membeludak hingga kewalahan mengawasi.

Sehari setelahnya, bukit itu dilengkapi fasilitas tangga supaya lebih aman. Lambat laun, banyak yang mengunjungi lokasi wisata. Sehingga mulai membuka penitipan sepeda Rp 2 ribu selama Februari-Maret 2017. Kemudian April, pihaknya membuat perjanjian dengan Perhutani karena bukit itu tanahnya milik Perhutani. Awal Mei, mematok tarif Rp 3

Ilmu Kejawen: Filosofi Tokoh Semar - kaligrafi mbah semar
Ilmu Kejawen: Filosofi Tokoh Semar – kaligrafi mbah semar | kaligrafi mbah semar

Image Source: blogspot.com