kaligrafi kain kanvas | Alasan Mengapa Kaligrafi Kain Kanvas Semakin Populer Di Dekade Lalu

kaligrafi kain kanvas | Alasan Mengapa Kaligrafi Kain Kanvas Semakin Populer Di Dekade Lalu

KOTA BENGKULU, Media – Kain Besurek atau biasa disebut Batik Besurek merupakan kerajinan tangan khas Bengkulu. Kerajinan ini telah diakui di Indonesia melalui ketetapan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI No.85104/MPK.E/DO/2015, sebagai warisan budaya tak benda milik Provinsi Bengkulu. Disebut Tak Benda karena Kain Besurek diakui bukan sebagai hasil produksi kebendaan, melainkan seni, tradisi ataupun nilai yang terkandung didalam pembuatannya.

Kaligrafi Kanvas ~ Turmudzy Elfaiz - Seniman Kaligrafi dari Kota Kudus - kaligrafi kain kanvas
Kaligrafi Kanvas ~ Turmudzy Elfaiz – Seniman Kaligrafi dari Kota Kudus – kaligrafi kain kanvas | kaligrafi kain kanvas

Image Source: blogspot.com

Demo Divisi kaligrafi | JQH UIN WALISONGO - kaligrafi kain kanvas
Demo Divisi kaligrafi | JQH UIN WALISONGO – kaligrafi kain kanvas | kaligrafi kain kanvas

Image Source: blogspot.com

Kaligrafi Kanvas ~ Turmudzy Elfaiz - Seniman Kaligrafi dari Kota Kudus - kaligrafi kain kanvas
Kaligrafi Kanvas ~ Turmudzy Elfaiz – Seniman Kaligrafi dari Kota Kudus – kaligrafi kain kanvas | kaligrafi kain kanvas

Image Source: blogspot.com

Seperti dikutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, “Bahwa Warisan Budaya Tak Benda adalah seluruh hasil perbuatan dan pemikiran yang terwujud dalam identitas, ideologi, mitologi, ungkapan konkrit dalam bentuk suara, gerak maupun gagasan yang termuat dalam benda, sistem perilaku, sistem kepercayaan dan adat istiadat”. Jika digolongkan kembali, maka dapat kita tempatkan posisi Kain Besurek pada golongan hasil perbuatan yang termuat ke dalam sebuah benda, dalam hal ini benda yang dimaksud adalah kain yang menjadi kanvas untuk membatik.

Dengan adanya ketetapan itu, perjuangan panjang untuk menjaga warisan asli Bumi Rafflesia inipun dirasa telah usai. Pemerintah hanya tinggal menyusun strategi agar kain ini dapat lebih membumi khususnya untuk warga Bengkulu. Berbagai macam cara dilakukan, mulai dari mengikut sertakan batik besurek pada perlombaan batik nasional, sampai pada menerapkan kerajinan membatik di sekolah-sekolah kejuruan. Sayangnya, tidak satupun dari upaya tersebut yang menyentuh sisi nilai dari eksistensi Kain Besurek. Pemerintah seolah hanya berkutat pada unit produksi dan upaya menjaga nama Kain Besurek dari kepunahan.

Padahal jika berbicara tentang budaya, tentu wajib rasanya berbicara tentang nilai apa yang terkandung di dalamnya. Sebab, konsep nilai menurut Theodorson dalam Pelly (1994) merupakan pedoman serta prinsip – prinsip umum dalam bertindak dan bertingkah laku. Pedoman dan prinsip inilah yang akan menentukan jalannya unsur-unsur pembentuk sebuah budaya, yang dikatakan Selo Soemardjan sebagai hasil karya, rasa dan juga cipta masyarakat.

Ketiadaan nilai ini juga diakui oleh salah seorang peneliti Kain Besurek, Alcala Zamora. Minimnya sumber dan bukti yang valid, membuat penelusuran sejarah untuk mengetahui kandungan nilai dari Kain Besurek menemui jalan buntu. Makna dan maksud dari simbol dan ukiran yang tertera, serta sedikit fakta tentang pengguna Kain Besurek yang ekslusif, hanya membawanya pada asumsi tujuh arti dasar.

Seperti pada lambang Kaligrafi Arab, Rembulan yang menunjukkan arti ciptaan Tuhan, lambang Melati yang menyiratkan alam, Burung Kuau yang melambangkan alam, Pohon Hayat, Kembang Cengkeh, serta Paku Burung dan Burung Punai yang menunjukkan Flora dan Fauna. Jika dipersempit lagi, ketujuhnya hanya memiliki tiga arti dasar yakni, Kaligrafi Arab, Alam dan Ciptaan Tuhan.

Akan tetapi, tujuh perlambangan ini, disebutkan Alcala memiliki fungsi yang berbeda yang hingga kini tidak diketahui apa alasan dibalik perbedaan fungsinya tersebut.

Menurut Alcala, kuat dugaan jika Kain Besurek pertama kali dibawa oleh Pangeran Sentot Alibasya ketika diasingkan di Bengkulu pada tahun 1830. Dugaan ini didasari oleh banyaknya pengguna dan pengerajin Kain Besurek yang berasal dari keturunan Pangeran Sentot Alibasya. Jika dilandasi pada profil sang pangeran, salah satu nilai yang dapat dipetik dari seni menulis huruf hijaiyah pada kain ini mungkin

Kaligrafi cetet | Harsun4’s Blog – kaligrafi kain kanvas | kaligrafi kain kanvas

Image Source: wordpress.com