Sang kakek, Khoe Sek Eng, adalah seniman kaligrafi Tiongkok (shufa). Hati Boby Chen pun terpanggil untuk meneruskan jejak kakek. Dia jadi wakil generasi anak muda yang mau bersusah payah untuk melestarikan kesenian itu.

Image Source: blogspot.com
BRIANIKA IRAWATI, Surabaya
SIBUK betul Boby Chen Rabu siang (25/1) itu. Pria 29 tahun tersebut membenamkan diri pada hobinya, yakni shufa atau seni kaligrafi Tiongkok. Padahal, saat itu adalah jam istirahat siang di sebuah kantor di kawasan Surabaya Timur. Sebagian karyawan rehat dan mengisi perut.
Dalam suasana itu, tangan Boby mulai beraksi. Dia mengeluarkan alat dan bahan dari tas. Antara lain, kertas, tinta, kuas (maobi) bulu ekor rubah, dan bak tinta. ’’Alat-alat ini sudah menjadi bagian hidup saya,’’ katanya, lantas tertawa.

Image Source: blogspot.com
Boby lalu menata alat-alat tersebut di meja. Kuas dijajar di sisi kiri. Di sisi kanan, dia meletakkan tinta hitam yang sudah dituangkan ke dalam bak tinta. Di tengah-tengahnya, Boby meletakkan kertas kaligrafi berukuran 100 x 25 sentimeter.
Boby termasuk orang yang perfeksionis. Dia selalu menata alat-alat lukis dengan rapi. Tata letaknya selalu diperhatikan dengan benar. Menurut dia, hal tersebut memberikan pengaruh saat proses melukis. ’’Biar lebih mudah kalau butuh alat apa dan lebih cepat,’’ katanya sambil meneruskan proses karyanya.
Tangan kanannya mulai mengambil maobi. Awalnya, dia memilih yang besar. Ujungnya lantas dicelupkan ke bak tinta. Selanjutnya, dengan gerakan gemulai, Boby mulai mencoret-coret kertas.

Image Source: bukalapak.com
Sepertinya gampang. Tapi, kalau diperhatikan, huruf Tiongkok itu sejatinya rumit. Jenis garisnya beragam. Tebal-tipisnya, lengkungnya, semua membentuk figur huruf yang elok. ’’Sama saja seperti melukis. Tiap bentuknya punya pengaruh pada hasilnya,’’ ungkap pria asal Bandung tersebut.
Tarikan dalam membentuk garis dalam huruf kaligrafi juga berbeda. Ada banyak jenisnya. Tiga di antara bentuk dasar tersebut adalah heng (horizontal), gou (melengkung dan ada titik sebagai pengait di sisi pinggir), serta na (lepas ke bawah). Jenis tarikan itu menjadi dasar bagi pelukis untuk membentuk huruf kaligrafi. Iramanya harus senada. Dengan begitu, huruf kaligrafi dapat dibentuk dengan benar.
Faktor itu hanya sebagian kecil. Dia melanjutkan, masih banyak yang memberikan pengaruh pada hasil kaligrafi. ’’Mood pastinya juga punya pengaruh. Kalau nggak mood, ya jelek hasilnya,’’ ujarnya lantas melanjutkan membuat huruf ji.

Image Source: blogspot.com
Tarikan dimulai dari atas dengan garis tebal. Kian ke dalam bagian huruf, ketebalan berkurang. Untuk itu, dia juga mengganti jenis maobi. ’’Nah, sudah jadi,’’ kata pria kelahiran 30 September 1987 tersebut.
Selanjutnya, dia melukis huruf-huruf lain. Tidak sampai 2 menit, Boby merampungkan satu kalimat. Yakni, Ji Nian Da Ji. Maknanya, keberuntungan sepanjang tahun. Pada bagian akhir proses membuat kaligrafi, Boby selalu menambahkan tanggal pembuatan dan nama pelukis. Plus stempel merah. ’’Sudah selesai,’’ ujarnya.
Boby menerangkan, ada lima gaya tulisan dalam kaligrafi Tiongkok. Yakni, zhuan shu, li shu, kai shu, xing shu, dan chao shu. Masing-masing dibedakan pada jenis guratan garisnya.
Image Source: kaligrafiprestasi.com

Image Source: kaligrafiprestasi.com