Provinsi Bengkulu memiliki produk budaya yang unik berupa batik dengan motif besurek (bersurat) yang berupa kaligrafi, gambar bunga Rafflesia, dan beberapa ornamen khas lainnya.

Image Source: blogspot.com
Awal kemunculan batik besurek secara pasti memang belum dapat dilihat dari catatan sejarah. Namun, diperkirakan muncul bersamaan dengan masuknya Islam ke Bengkulu, yakni awal abad ke-16.
Kain batik dengan motif tersebut kala itu memang belum bernama seperti sekarang, yakni batik besurek.
Coraknya disebut ahli budaya dan akademisi Universitas Bengkulu Dr Agus Setyanto M. Hum., masih berupa ukiran rajah atau mantra dalam huruf Arab, simbol kaligrafi.
Wujudnya yang kaligrafi menunjukkan bahwa produk kebudayaan setempat tersebut, waktu itu mulai dipengaruhi Islam.
Kain batik besurek pada zaman dahulu sebagai pakaian kebanggaan masyarakat Bengkulu.

Image Source: blogspot.com
Mereka yang memakai batik besurek, bukanlah sosok sembarangan. Pakaian dari kain batik besurek bernilai tinggi, pakaian itu digunakan oleh pasirah, tokoh adat, dan para raja ketika itu.
Ketika seseorang memakai pakaian atau aksesori dari kain batik besurek, dia memiliki suatu kehormatan.
Saat itu, masyarakat memakai kain batik tersebut pada hari-hari yang dianggap terbaik, seperti saat ritual keagamaan serta kegiatan adat, maupun pada peringatan siklus kehidupan manusia, seperti kelahiran dan perkawinan.
Seiring dengan perkembangan zaman, nasib batik besurek pada masa kini tak ubahnya dengan apa yang pernah terjadi dengan batik dari daerah lain.
Rasa kebanggaan masyarakat untuk memakainya sudah jauh memudar jika dibandingkan dengan saat awal dihasilkan produk budaya ini.

Image Source: pinimg.com
Beberapa waktu belakang, pemakaiannya lebih ditekankan karena penetapan hari penggunaan pakaian batik oleh pemerintah daerah bagi pegawai atau pelajar.
“Seperti ada marwah yang hilang dari batik besurek,” ucap Agus.
Batik besurek memang memiliki keunikan dan karakter yang kuat. Namun, permasalahannya belum siap menahan gempuran tren busana zaman sekarang.
Bahkan batik besurek terasa terasing di negeri sendiri. Masyarakat lebih memilih menggunakan batik khas provinsi lain atau memakai kain bermotif batik yang dibubuhi ornamen logo klub sepak bola yang menjadi tren kurun waktu belakang.
Tidak bisa dimungkiri bahwa saat ini jumlah pembatik besurek makin berkurang dan hal itu berakibat produksi kain batik khas daerah tersebut makin sedikit.

Image Source: androidtermurah.com
Sementara itu, di Jawa malah ada kampung pembatik dengan sisi kualitas produknya yang disebut Agus juga masih belum baik.
Untuk membangkitkan kembali marwah kain batik besurek perlu upaya besar yang melibatkan semua eleman masyarakat Provinsi Bengkulu, dengan mulai dari kebutuhan meningkatkan rasa memiliki dan kebanggaan terhadap produk budaya sendiri.
Pada masa mendatang diharapkan corak batik Bengkulu itu menjadi tren busana yang membanggakan bukan hanya masyarakat setempat, tetapi juga masyarakat dalam skala luas, termasuk dunia.
Sentuhan Adanya sentuhan yang dianggap kurang pada batik besurek, membuat kain tersebut seperti tidak terlihat dan tertutup produk busana lainnya.
Perancang busana top Indonesia, Samuel Wattimena, mengemukakan perlunya batik besurek mengikuti
Image Source: blogspot.com

Image Source: sajadahbusa.com