Berikut tiga penyair Tanah Air dan karya puisinya tentang Palestina yang menyayat hati, seperti yang disusun tim Media Senin (24/7/2017).

Image Source: ayuprint.co.id
Baca Juga
Taufik Ismail
Dalam sejarah sastra Indonesia, Taufik Ismail masuk dalam daftar sastrawan angkatan 66. Karya-karya puisinya banyak menceritakan tentang kemanusiaan, termasuk konflik kemanusiaan yang terjadi di Palestina. Karya monumentalnya tertulis dalam satu buku berjudul Tirani dan Benteng, yang menceritakan tentang pergolakan yang terjadi saat peralihan zaman Orde Lama ke Orde Baru. Pada 2016, saat diundang dalam Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Kerja Sama Islam (KTT OKI), dirinya membacakan puisi tentang Palestina yang mendapat sambutan hangat dari peserta KTT OKI.
Berikut salah satu puisi Taufik Ismail tentang Palestina.
Palestina, Bagaimana Bisa Aku Melupakanmu
Ketika rumah-rumahmu diruntuhkan bulldozer dengan suara gemuruh menderu, serasa pasir dan batu bata dinding kamartidurku bertebaran di pekaranganku, meneteskan peluh merah dan mengepulkan debu yang berdarah.

Image Source: blogspot.com
Ketika luasan perkebunan jerukmu dan pepohonan apelmu dilipat-lipat sebesar saputangan lalu di Tel Aviv dimasukkan dalam file lemari kantor agraria, serasa kebun kelapa dan pohon manggaku di kawasan khatulistiwa, yang dirampas mereka.
Ketika kiblat pertama mereka gerek dan keroaki bagai kelakuan reptilia bawah tanah dan sepatu-sepatu serdadu menginjaki tumpuan kening kita semua, serasa runtuh lantai papan surau tempat aku waktu kecil belajar tajwid Al-Qur’an 40 tahun silam, di bawahnya ada kolam ikan yang air gunungnya bening kebiru-biruan kini ditetesi airmataku.

Image Source: amazonaws.com
Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu
Ketika anak-anak kecil di Gaza belasan tahun bilangan umur mereka, menjawab laras baja dengan timpukan batu cuma, lalu dipatahi pergelangan tangan dan lengannya, siapakah yang tak menjerit serasa anak-anak kami Indonesia jua yang dizalimi mereka – tapi saksikan tulang muda mereka yang patah akan bertaut dan mengulurkan rantai amat panjangnya, pembelit leher lawan mereka, penyeret tubuh si zalim ke neraka, An Naar.

Image Source: ayuprint.co.id
Ketika kusimak puisi-puisi Fadwa Tuqan, Samir Al-Qassem, Harun Hashim Rashid, Jabra Ibrahim Jabra, Nizar Qabbani dan seterusnya yang dibacakan di Pusat Kesenian Jakarta, jantung kami semua berdegup dua kali lebih gencar lalu tersayat oleh sembilu bambu deritamu, darah kamipun memancar ke atas lalu meneteskan guratan kaligrafi
‘Allahu Akbar!’ dan ‘Bebaskan Palestina!’

Image Source: blogspot.com
Ketika pabrik tak bernama 1000 ton sepekan memproduksi dusta, menebarkannya ke media cetak dan elektronika, mengoyaki tenda-tenda pengungsi di padang pasir belantara, membangkangit resolusi-

Image Source: pixabay.com

Image Source: squarespace.com