Menciptakan sebuah karya seni yang nyeleneh memang tak gampang. Tapi, hal itu malah menjadi tantangan buat Komunitas Sinaoe Hijau. Mereka mempelajari seni memotong dan mengukir kaca. Belum sempurna hasilnya. Tapi, bule-bule sudah tertarik membelinya sebagai cenderamata.

Image Source: blogspot.com
RESVIA AFRILENE
AHMAD Fajar sibuk menata botol-botol kaca di taman Kampoeng Sinaoe pada Sabtu (25/2). Tempat itu adalah kawasan belajar di Desa Siwalanpanji, Buduran. Fajar juga kerap beraktivitas di sana. Dia terlibat dalam kelompok belajar bahasa Inggris dan beberapa mata pelajaran lain. Tak hanya pasif menerima materi, Fajar juga rajin mencari dan berbagi ilmu pengetahuan. Misalnya, cara mendaur ulang botol kaca agar mempunyai nilai seni.

Image Source: wordpress.com
Semangat dan komitmen yang sama juga ditunjukkan empat kawan Fajar. Yakni, Zulvan Nasrullah, Edwin Firmansyah, Ahmad Qusy’airi, dan Mohammad Nur Jamil. Mereka mendapatkan wadah untuk mendalami kesenian daur ulang melalui Komunitas Sinaoe Hijau yang dibina pemilik Kampoeng Sinaoe, Zamroni.
Kesenian daur ulang yang dipelajari Fajar dan keempat kawannya adalah seni memotong botol sekaligus mengukirnya. Botol yang digunakan adalah botol bekas. Kesenian tersebut memang menjadi salah satu alternatif proses daur ulang sampah. Hasilnya memukau. Namun, pembuatannya agak berbahaya. Tangan bisa menjadi korban bila tidak hati-hati.

Image Source: blogspot.com
’’Namanya seni grafir kaca,’’ jelas Fajar. Saat ditemui, pemuda 16 tahun itu sedang membuat sketsa dan mengukir di atas kaca. Jamil juga bergabung bersamanya. ’’Mamad (sapaan Ahmad Qusy’airi, Red) sedang pergi ke Lampung. Dia terpilih menjadi delegasi ASEAN Youth Leadership,’’ kata Jamil yang akrab disapa John.
Saat dihubungi, Mamad menyebutkan, dirinya membawa hasil kesenian grafir tersebut ke Palembang untuk diperkenalkan kepada para delegasi ASEAN yang lain. ’’Aku bawa yang ukuran kecil. Ukirannya di dalam botol,’’ ungkapnya. Mamad memang sangat mahir mengukir. Dia begitu telaten dan memiliki presisi. Karena itu, hasil ukiran grafir Mamad tak hanya berada di permukaan dinding luar botol, tapi juga bisa di dinding bagian dalam botol.

Image Source: blogspot.com
Fajar dan Jamil tak mau ketinggalan. Keduanya selalu berlatih jika ada waktu longgar. Seperti Sabtu lalu, sembari menunggu kelas sore bersama native dari Jerman dan Perancis, Fajar dan Jamil mengasah kemampuan mengukir kaca. Persediaan botol kaca dikeluarkan dari gudang penyimpanan. Bentuknya beragam. Warnanya pun bervariasi. Ada botol sirup berwarna bening, botol kecap hijau, serta botol bir yang memiliki lekukan yang lebih nyentrik. Bentuknya kotak pipih dan agak menggembung di sisi atas.
Mereka tidak membeli botol minuman tersebut. Fajar dan kawan-kawannya di Sinaoe Hijau menemukan botol-botol bekas itu saat melakukan rutinitas mingguan mereka. Yakni, bersih-bersih sampah di sungai. ’’Biasanya ya kami menyisir sungai sama saluran irigasi di Siwalanpanji. Kadang juga pas lewat mana, begitu ketemu botol, ya kami ambil,’’ ucap Jamil.

Image Source: blogspot.com
Setelah botol-botol tersebut terkumpul, putra Sayidatul Fatimah itu mencucinya dengan sabun hingga bersih. Menurut dia, air hangat kadang diperlukan. Terutama untuk menghilangkan bau menyengat botol bekas bir tersebut.
Sesudah itu, ada bagian dasar beberapa botol yang dipotong.
Image Source: wordpress.com

Image Source: wordpress.com