Dari Volendam perjalanan dilanjutkan ke Cologne Jerman, rombongan melaksanakan shalat Dzuhur dan Ashar jama qashar di sana. Yang cukup mencengangkan, di negeri Eropa yang sekuler, ada masjid semegah ini. Bagaimana ceritanya? A ASEP SYARIFUDDIN, Cologne
Image Source: blogspot.com
MASJID DI JERMAN – Cologne Central Mosque, Masjid terbesar di Jerman.
FOTO: ASEP
SETELAH Peter –sopir bus kami— memarkirkan mobilnya, rombongan berjalan ke arah gedung megah dengan menara yang menurut kami mirip dengan bambu runcing. Tempat wudhu laki-laki dan perempuan berbeda. Setelah wudhu kami masuk ke ruangan dan harus mengenakan kaus kaki. Sementara sepatu ditaruh di rak yang sudah disediakan.
Image Source: wordpress.com
Rak yang belum terisi sepatu akan menunjukkan angka berwarna biru, sementara rak yang sudah terisi angkanya berwarna merah. Teman saya lupa di rak nomor berapa menyimpan sepatunya. Karena rak sepatu yang berbentuk kotak-kotak dalam jumlah banyak tersebut sudah bisa dilihat yang ada isinya yang mana, cukup membuka yang angkanya merah dalam waktu tidak kurang dari 1 menit sepatunya sudah bisa ditemukan.
Usai shalat jamaah tidak langsung menuju bus. Kami semua kagum dengan arsitektur dan besarnya masjid tersebut. Untuk ukuran masjid di negara sekuler seperti Jerman, masjid ini sangat besar. Siapa sebenarnya tokoh yang ada di belakang pembangunan masjid tersebut?
Image Source: blogspot.com
Sempat terjadi diskusi kecil di antara teman-teman mengapa harus mengenakan kaus kaki ke dalam masjid. Menurut Direktur Utama Media Banten, Priyo Susilo, jamaah harus memakai kaus kaki selain untuk menghangatkan tubuh karena suhu yang rendah, juga agar karpet masjid tidak cepat bau. Coba bayangkan kalau jamaah tidak memakai kaus kaki dan air bekas wudhu masuk ke dalam karpet, lama kelamaan karpet tersebut akan bau.
Masjid Pusat Cologne (Zentralmoschee Köln) yang berukuran 4500 m2 ini mampu menampung sekitar 1.200 jamaah. Inilah yang membuat Masjid Cologne dianggap sebagai masjid terbesar di Jerman. Masjid yang dibangun oleh organisasi muslim Turki DiTiB ini dilengkapi perpustakaan, tempat kursus, ruang seminar, pusat olah raga, kantor serta pertokoan.
Image Source: blogspot.com
Layaknya Masjid Sultan Ahmed di Turki, masjid di Cologne ini juga menghadirkan nuasana biru yang khas. Suasana modern terlihat lewat desain kaca-kaca yang menyatu di dinding. Kesan Islam yang modern juga tampak dari tulisan kaligrafi emas di masjid. Nama nabi penting di agama Yahudi dan Kristen turut ditoreh, diantaranya Abraham, Musa, Nuh dan Isa Almasih.
20 tahun lamanya warga muslim Turki di Cologne bermimpi mendirikan masjid yang mumpuni. Rencana ini baru mulai terealisasi tahun 2009, namun sempat tersendat tahun 2011 karena munculnya penolakan warga anti imigran. Jajak pendapat yang dilakukan surat kabar lokal mengungkap 63% warga sebenarnya mendukung pembangunan masjid, namun 27% diantaranya ingin ukuran masjid diperkecil.
Image Source: wordpress.com
Diperkirakan 4,7 juta umat Muslim, mayoritas berlatar belakang Turki, hidup di Jerman. Di Cologne, kota berpenduduk sekitar 10 juta ini terdapat 70 masjid yang tersedia bagi sekitar 120 ribu umat Muslim. Biasanya masjid ini terletak di pojok terpencil. Namun berbeda halnya dengan Masjid Cologne yang terletak di Ehrenfeld, sudut kota yang biasa
Image Source: wordpress.com
