belajar kaligrafi khat diwani | Kematian Dari Belajar Kaligrafi Khat Diwani

belajar kaligrafi khat diwani | Kematian Dari Belajar Kaligrafi Khat Diwani

Perjalanan ilmu para kiai sufi perlu diteladani sebagai referensi dan teladan hikmah. Para kiai sufi tidak sekadar mengaji di pesantren untuk mendapatkan ilmu agama, namun mencerap hikmah dari kiai-kiai sepuh yang mengajar dalam prinsip dan tindakan, mengajar ilmu haaliyyah (ilmu tentang sikap).

Kaidah Kaligrafi Diwani (6) | Seni Kaligrafi Islam - belajar kaligrafi khat diwani
Kaidah Kaligrafi Diwani (6) | Seni Kaligrafi Islam – belajar kaligrafi khat diwani | belajar kaligrafi khat diwani

Image Source: blogspot.com

Kaidah Kaligrafi Diwani (6) | Seni Kaligrafi Islam - belajar kaligrafi khat diwani
Kaidah Kaligrafi Diwani (6) | Seni Kaligrafi Islam – belajar kaligrafi khat diwani | belajar kaligrafi khat diwani

Image Source: blogspot.com

Kaidah Kaligrafi Diwani (6) | Seni Kaligrafi Islam - belajar kaligrafi khat diwani
Kaidah Kaligrafi Diwani (6) | Seni Kaligrafi Islam – belajar kaligrafi khat diwani | belajar kaligrafi khat diwani

Image Source: blogspot.com

Kaidah Kaligrafi Diwani (6) | Seni Kaligrafi Islam - belajar kaligrafi khat diwani
Kaidah Kaligrafi Diwani (6) | Seni Kaligrafi Islam – belajar kaligrafi khat diwani | belajar kaligrafi khat diwani

Image Source: blogspot.com

Di antara santri kelana dan kiai sufi yang perlu menjadi cermin, adalah Syaikh Muhammad Dimyati bin Amin, atau yang dikenal sebagai Abuya Dimyati.

Abuya Dimyati merupakan ulama rujukan di kawasan Banten. Beliau dikenal sebagai ‘alim, wira’i, yang mengasuh santri-santri hingga menyebar sebagai pendakwah. Nama lengkapnya KH. Muhammad Dimyati bin Muhammad Amin al-Bantany. Lahir dari pasangan Kiai Haji Amin dan Hj. Ruqayah. Ia lahir pada tahun 1925, di Banten.

Sejak kecil, sudah nampak kecerdasan dan kesalehan beliau, yang tekun mengaji dan memperdalam ilmu Islam. Ia juga dikenal sebagai santri kelana, yang menjelajahi pesantren-pesantren di tanah Jawa hingga pulau Lombok.

Syaikh Abuya Dimyathi merintis pesantren di Desa Cidahu, Pandeglang, pada 1965. Ia merupakan guru dari kiai-kiai, semisal Habib Hasan bin Ja’far Assegaf, yang menjadi pengasuh Majelis Nurul Musthofa di Jakarta.

Mbah Dim merupakan ulama yang istiqomah menunaikan salat berjamaah. Seakan-akan jemaah salat merupakan kewajiban bagi beliau. Hal ini menjadi wasiat beliau kepada keluarga dan santri-santrinya. Selain saalat jemaah, Mbah Dim juga menekankan pentingnya mengaji. “Jangan sampai ngaji ditinggalkan karena kesibukan lain atau karena umur,” pesan Abuya Dimyathi.

Menyerap cahaya cinta

Perjalanan spiritual Abuya Dimyati dimulai ketika berkelana menelusuri cahaya ilmu dan hikmah di beberapa pesantren. Ketika mengaji kepada guru sufi Kiai Dalhar Watucongol. Abuya Dimyati mengikuti tarekat Naqsyabandiyah Qadiriyyah.

Kiai Dalhar dikenal sebagai “punjer tanah Jawa” yang mengajar dengan hikmah, menyebarkan ilmu waskita dan kebijakan. Kiai Dalhar merupakan ulama pejuang, yang masih keturunan panglima perang pada masa Dipanegara, yang menjadi tulang punggung perlawanan laskar santri pada masa Perang Jawa.

Di pesantren Kiai Dalhar, Abuya Dimyati mendapatkan sentuhan spiritual dengan ilmu-ilmu hikmah, dan diperintahkan mengajar santri.

Selanjutnya, ketika bermaksud mengaji di pesatren Syaikh Baidlowi Lasem, Abuya Dimyati malah disuruh pulang. Hal ini menjadikan semangatnya semakin menggebu, bercampur dengan penasaran.

Pada sebuah kesempatan, Abuya Dimyati memohon kepada Syaikh Baidlowi agar diwarisi ilmu thariqah. Syaikh Baidlowi menjawab, “Mbah Dim, dzikir itu sudah termaktub dalam kitab, begitu pula dengan shalawat, silakan memuat sendiri saja. Saya tidak bisa apa-apa, karena tarekat itu adalah wadzifah yang terdiri dari dzikir dan shalawat”.

Bukannya puas, Abuya Dimyati justru bertambah penasaran dengan jawaban Syaikh Baidlowi, yang dianggap sebagai guru spiritualnya.

Abuya Dimyati, untuk kesekian kalinya memohon kepada Syaikh Baidlowi al-Lasemi. Singkat kisah, Syaikh Baidlowi memberikan wejangan agar Abuya Dimyati salat istikharah.

Salat ditunaikan sebanyak tiga kali, hingga Abuya mendapatkan keteguhan batin dan mendatangi kembali Syaikh Baidlowi. Kemudian, karena kebulatan tekad dan keteguhan

Presentasi: Cara Membuat Kaligrafi Untuk Pemula (Khat Naskhi) - belajar kaligrafi khat diwani
Presentasi: Cara Membuat Kaligrafi Untuk Pemula (Khat Naskhi) – belajar kaligrafi khat diwani | belajar kaligrafi khat diwani

Image Source: blogspot.com