
Image Source: blogspot.com
Hagia Sophia awalnya adalah Gereja Katedral atau Basilika yang dibangun pada masa Bizantium. Penguasa yang membangun gereja ini adalah kaisar Konstantius, putra Konstantin Yang Agung.
Dulu gereja ini sering mengalami kerusakan karena dihantam oleh gempa. Hagia Sophia tidak mampu menahan guncangan gempa yang sering melanda Konstantinopel meski struktur bangunanya telah dibuat sedemikian rupa.
Muhammad Syafii Antonio dalam bukunya yang berjudul Encyclopeida of Islamic Civilization menyebut bagian terpenting dari Hagia Sophia adalah kubahnya yang besar dan tinggi. Kubah ini berdiameter 30 meter dan tinggi 54 meter. Bagian dalam dihiasi dengan interior yang berbentuk mosaik dan fresko, tiang-tiangnya terbuat dari pualam warna-warni dan dindingnya dihiasi dengan ukiran.

Image Source: blogspot.com
Pada 7 Mei 558 M, pada masa kekuasaan Kaisar Justinianus, kubah sebelah timur Hagia Sophia runtuh akibat gempa. Kemudian pada 26 Okober 1986, pada masa Kaisar Basil II (958-1025), bangunan ini kembali terguncang gempa.
Oleh sebab itu, pada awal abad ke-14 dilakukan renovasi besar-besaran oleh penguasa Bizantium agar Hagia Sophia tidak mengalami kerusakan lagi jika gempa mengguncang Konstantinopel.
Pada 1453, setelah konstantinopel direbut oleh Turki Ottoman di bawah pimpinan Sultan Muhammad II al-Fatih, Hagia Sophia diubah menjadi masjid. Dia pun mengganti nama Hagia Sophia menjadi Aya Sofya.

Image Source: blogspot.com
Meski telah mengubah fungsinya menjadi masjid, Sultan Muhammad II tetap membiarkan Hagia Sophia seperti apa adanya ketika masih menjadi gereja. Satu-satunya yang berubah adalah pembangunan menara di bagian selatan.
Setelah kekuasaan Muhammad II berakhir, barulah dilakukan berbagai modifikasi terhadap Hagia Sophia. Modifikasi-modifikasi tersebut dilakukan agar Hagia Sophia memiliki gaya dan corak yang sesuai dengan masjid. Pada masa kekuasaan Sultan Salim II (1566-1574) dibangun lagi dua menara.
Bagian-bagian bangunan yang identik dengan gereja diubah. Di antaranya tanda salib yang terpampang pada puncak kubah diganti dengan hiasan bulan sabit. Penggantian ini sebagai penanda bahwa bangunan tersebut adalah masjid, bukan lagi gereja. Selain itu, tidak ada bagian bangunan yang dibongkar.

Image Source: i2.wp.com
Selama hampir 500 tahun Hagia Sophia berfungsi sebagai masjid, benda-benda seperti patung, salib dan lukisan sama sekali tidak dihancurkan. Selama menjadi masjid, Hagia Sophia terus mengalami perkembangan, baik dari sisi bangunan fisik maupun fungsinya.
Selain membangun beberapa menara di sekeliling masjid, penguasa Turki Ottoman juga membuat mimbar tempat khatib berkhutbah, mihrab tempat sultan mengaji dan beribadah, tempat wudhu serta madrasah sebagai tempat orang-orang belajar agama dan Alquran.
Pada pertengahan abad ke-19, Turki Ottoman mulai melemah akibat berbagai masalah internal maupun eksternal. Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh Mustafa Kemal

Image Source: wordpress.com