Jalan Pangeran Antasari memang sejak lama dikenal sebagai sentra pedagang mebel dan furnitur kayu jati di Banjarmasin.

Image Source: ytimg.com

Image Source: senikaligrafijepara.com

Image Source: tokokerajinanjepara.com
H Djunaedy, satu dari beberapa pengusaha mebel yang masih bertahan. Namun, omzet penjualannya hanya sekitar 40 persen jika dibanding 3 atau 4 tahun lalu.
Jika dilihat dari sisi waktu, penurunan omzet penjualan mebel dan furnitur kayu jati berbarengan meredupnya bisnis kayu dan dilanjutkan anjloknya bisnis batu bara di Kalimantan Selatan.
“Rasanya memang karena perekonomian, dan bukan karena sebab lain. Karena walaupun sepi saat ini masih ada saja pembeli yang menyukai mebel jati,” ujar pemilik toko mebel Misfalah Jati itu.
Di tokonya, Djunaedy menjual hampir semua jenis mebel dan furnitur kayu jati, mulai set meja dan kursi makan, set meja dan kursi tamu, lemari pakaian, lemari kabinet, set ranjang dan lemari hias hingga souvenir dari kayu jati.
Harga yang ditawarkan mulai Rp 4 jutaan hingga belasan juta rupiah, dan mulai Rp 100 ribu hingga jutaan rupiah untuk souvenir kayu jati.
Yang unik, banyak souvenir berbentuk kaligrafi bahasa Arab, wadah gelas, toples hingga guci terbuat dari kayu jati.
Misfalah Jati hanya menjual meubel dan furnitur serta souvenir kayu jati asli dari Jepara, Jawa Tengah. Djunaedi tetap mempertahankan keinginan konsumen yang membeli mebel dan furnitur kayu jati untuk mendapatkan mebel dan furnitur terbaik, kokoh dan tahan lama.
Karena mebel dan furnitur kayu Jati dari Jepara dinilai memiliki kualitas nomor satu. Selain kayu jati yang kuat karena umur kayu yang cukup, tapi juga dari sisi kerapian ukiran dan pahatan ornamen di setiap sisi mebelnya.

Image Source: kontan.co.id